Selasa, 16 Desember 2014

PENGOLAHAN SAMPAH KOTA TERSELEKSI MENJADI REFUSED DERIVED FUEL SEBAGAI BAHAN BAKAR PADAT ALTERNATIF


PENGOLAHAN SAMPAH KOTA TERSELEKSI MENJADI REFUSED DERIVED FUEL SEBAGAI BAHAN BAKAR PADAT ALTERNATIF

 DwiAriesHimawanto,1 R. DhimasDhewanggaP,3 Indarto,2 HarwinSaptoadi,2 danTriAgungRohmat2

 ABSTRAK
Limbah Padat Kota (LMK) memiliki potensi besar sebagai bahan baku terbarukan untuk menghasilkan energi modern melalui termokimia yang disebut pyrolyis, dan proses densifikasi untuk membentuk. Refused Derived Fuels (RDF), yaitu LMK briket char. Pada artikel ini, analisis termogravimetri dilakukan untuk menganalisis karakteristik pembakaran briket dari briket LMK dan briket LMK char. Sampel dalam penelitian ini adalah 70% berat komponen organik LMK -30% berat LMK komponen non organik. Sampel 20 gram ditempatkan dalam tungku yang temperaturnya meningkat 10° C/min dan sampai suhu sampel mencapai 400° C dan ditahan selama 30 menit sebelum sampel didinginkan hingga mencapai suhu kamar. 100 ml/menit nitrogen diperlihatkan dari bagian bawah tungku sebagai gas yang terbuang. Char yang sudah terbentuk dipadatkan dan kemudian ditandai dalam keseimbangan makro produksi, diadopsi dari Swithenbank et al. Sampel 3 gram ditempatkan dalam tungku yang temperaturnya meningkat dengan laju pemanasan yang dipilih sampai massa sampel hampir konstan. Penelitian menunjukkan bahwa efek pirolisis memberikan peningkatan nilai sampel pemanasan dan memberikan suhu pengapian lebih rendah dari char briket pembakaran

 PENDAHULUAN
Sampah merupakan bahan yang terbuang dari hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang tidak memiliki nilai ekonomi lagi, bahkan dapat menimbulkan dampak yang negatif. Selama ini sampah kota menjadi salah satu masalah lingkungan yang memerlukan penanganan yang sangat serius. Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota yang terus bertambah jumlahnya adalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang yang pantas untuk pembuangan, sehingga dalam penanganan sampah kota sering menimbulkan dampak yang buruk terhadap lingkungan. Pada umumnya, sampah dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sampah organik dan anorganik. Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (tempat pembuangan akhir). Hal ini juga tidak bisa mengurangi 100% sampah dan akan menimbulkan permasalahan yaitu produksi yang dihasilkan zat-zat polutan yang dapat mencemari lingkungan yaitu gas-gas hasil pembakaran seperti CO2, NOx, SO2, dan lain-lain.
Estimasi jumlah timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2008 diperkirakan mencapai 38,5 juta ton/tahun dengan komposisi terbesar adalah sampah organik (58%), sampah plastik (14%), sampah kertas (9%) dan sampah kayu (4%). (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008). Teknologi untuk menangani sampah sebenarnya telah banyak dikembangkan terutama oleh negara-negara maju yaitu di antaranya teknologi sanitary landfill, incineration, gasification, dan anaerobic digestion. Salah satu cara pengolahan sampah yang dipandang cukup prospektif dilakukan adalah mengolah sampah kota menjadi RDF (Refused Derived Fuel), yaitu mengolah sampah kota menjadi char/arang melalui proses pirolisis dan kemudian memadatkannya sehingga menjadi briket char
Pengolahan sampah kota menjadi RDF dalam bentuk briket char telah diteliti oleh beberapa peneliti, dan tampak bahwa karakteristik pirolisis sampah kota dan pembakaran RDF sangat tergantung pada jenis sampel yang diteliti. Oleh karena itu, maka dalam artikel ini akan disajikan hasil penelitian mengenai pengolahan sampah kota. terseleksi menjadi RDF, dengan menggunakan sampel dari beberapa jenis sampah yang banyak dijumpai di Indonesia dan belum terolah secara maksimal.
METODE
Bahan Penelitian
Bahan dalam penelitian ini adalah sampah kota yang terdiri atas 70 % (berat) sampah organik (yang terdiri dari sampah daun pisang dan sampah bambu) dan 30% (berat) sampah non organik (yang meliputi sampah kemasan dan sampah styrofoam). Pemilihan komposisi sampel penelitian didasarkan pada estimasi komposisi timbulan sampah yang ada saat ini.
Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas peralatan uji pirolisis yang sekaligus dapat berfungsi sebagai peralatan uji pembakaran. Peralatan uji pirolisis bertipe packed bed pyrolizer, yang diadaptasi dari penelitian Swithenbank et al. (2005), yang terdiri atas tungku pemanas yang dilengkapi dengan thermocontroller dengan pembacaan temperatur sampai dengan 1000° C dan reaktor untuk proses pirolisis dengan berdiameter 96 mm tinggi 500 mm. Reaktor pirolisis tersebut dialiri gas nitrogen dari bawah reaktor. Gas nitrogen berasal dari tabung yang dilengkapi dengan pressure gauge dan rotameter guna mengatur laju aliran nitrogen. Sedangkan pada bagian atas tabung reaktor terdapat saluran untuk mengalirkan gas hasil pirolisis ke sistem pendingin. Untuk mengukur pengurangan massa sampel yang terjadi selama proses pirolisis, maka pada bagian tutup reaktor diberikan lubang berdiameter 5mm untuk peletakan kawat yang menghubungkan sampel dengan timbangan digital. Untuk melakukan uji pembakaran, maka aliran gas nitrogen diganti menjadi aliran udara dari blower.
Cara Pengambilan Data
Langkah pertama dalam penelitian ini adalah pengumpulan dan penyiapan bahan baku. Bahan baku yang dikumpulkan adalah sampah kota yang terdiri atas sampah kemasan, sampah yang berbahan baku biomass (daun pisang dan bambu), dan sampah Styrofoam Sampel kemudian dikeringkan sehingga memiliki kadar air maksimal 10%. Dan dihaluskan hingga lolos ukuran 20 mesh. Setelah bahan baku terkumpul maka bahan baku yang berupa sampah organik dan sampah plastik tersebut diuji secara proximate dan uji nilai kalor, pengujian meliputi nilai kalor (heating value) sesuai standar ASTM 2015, kadar air dengan standar pengujian ASTM D-3173, kadar abu sesuai dengan standar pengujian ASTM D-3174, kandungan volatile matter dengan standard ASTM D-3175 dan kadar fixed carbon sesuai dengan standar pengujian ASTM D-3172.
Uji karateristik pembakaran briket char sampah kota menggunakan metode thermogravimetri ,untuk mengetahui karakteristik bahan bakar yang diuji (meliputi temperatur pembakaran di mana massa briket mulai berkurang (volatile matter initiationtemperatur (ITVM)), temperatur ruang bakar di mana laju pengurangan massa meningkat selama proses awal pembakaran (fixed carbon initiation temperature (ITFC)), temperatur ruang bakar yang menghasilkan laju penurunan massa briket terbesar (peak temperature (PT)) dan temperatur ruang bakar di mana massa briket konstan pada akhir tahap pembakaran (burning temperature (BT)) , metode ini dilakukan dengan cara menaikkan temperatur ruang bakar dari temperatur kamar secara bertahap dengan besar kenaikan konstan tiap waktu (direncanakan kenaikan temperatur 20° C/menit) sampai sampel bahan bakar terbakar habis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Proksimat Bahan Baku
Dari hasil uji proksimat, tampak bahwa komponen non organik memiliki nilai kalor yang tinggi, namun disisi lain, disadari melakukan pembakaran secara langsung terhadap komponen-komponen tersebut akan membawa dampak buruk bagi lingkungan
Penentuan Energy Recovery Proses Pirolisis
Menentukan, komposisi dan teknologi slow pyrolisis yang tepat guna menghasilkan char yang optimum maka perlu mempertimbangkan banyak hal, disebabkan proses slow pyrolisis dapat menghasilkan char dengan nilai kalor yang relatif tinggi namun pengurangan massa akibat proses pirolisis juga cukup besar, sehingga perlu optimasi di antara keduanya, dan juga perlu dipertimbangkan pula pasokan energi yang diperlukan untuk menghasilkan char tersebut. Oleh karena itu dalam menentukan teknologi proses yang tepat digunakan satu besaran yaitu energy yield, yaitu banyaknya energi yang dapat diselamatkan (energy recovery) selama proses pirolisis (Swithenbank (2005), dengan rumusan perbandingan antara nilai kalor char yang dihasilkan dan nilai kalor bahan baku dikalikan dengan massa char yang tersisa setelah proses pirolisis. Hasil penelitian, didapatkan bahwa massa char yang tersisa setelah proses pirolisis adalah sebesar 29,49%, sementara nilai kalor char yang dihasilkan sebesar 5.527,846 kal/gram dan nilai kalor briket sampah kota adalah sebesar 5460,68 sehingga energy yield proses pirolisis yang diteliti adalah sebesar 29,13%.
Karakteristik Pembakaran Briket Char
Karakteristik pembakaran briket char hasil pirolisis campuran dengan komposisi organik-anorganik 70–30 ditampilakan pada gambar 4. Dari gambar tersebut, tampak bahwa pembagian zona pengeringan dan devolatilisasi tidak begitu jelas terlihat, hal inilah yang membedakan dengan pembakaran briket tanpa perlakuan pirolisis. Dari gambar tersebut, tampak bahwa ITVM terjadi pada temperatur 197,5˚ C , ITFC pada temperatur 298,8˚C, sementara PT terjadi pada temperatur 429,5˚ C.Data yang didapatkan, terlihat bahwa proses pembakaran briket char terjadi pada ITVM dan ITFC yang lebih rendah bila dibandingkan dengan briket tanpa pirolisis, hal ini menunjukkan bahwa briket char lebih mudah dibakar bila dibandingkan dengan briket tanpa perlakukan pirolisis. Hal lain yang menarik untuk dicermati adalah briket char memiliki PT yang terjadi pada temperatur yang lebih tinggi dibandingkan dengan briket tanpa perlakuan pirolisis, hal ini menunjukkan bahwa briket char memiliki kecepatan pengurangan massa yang lebih rendah daripada briket tanpa pirolisis.
SIMPULAN
Hasil pengambilan dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa proses pirolisis terhadap sampel sampah kota dengan komposisi 70% organik – 30% non organik akan menghasilkan massa char yang tersisa setelah proses pirolisis sebesar 29,49%, dengan nilai kalor char yang dihasilkan sebesar 5.527,846 kal/gram, sehingga energy yield proses pirolisis yang diteliti adalah sebesar 29,13%. Sementara itu, proses pembakaran briket char sampel yang diteliti terjadi pada ITVM dan ITFC yang lebih rendah daripada briket non pirolisis, namun penurunan massa maksimum terjadi pada temperatur yang lebih besar, sehingga dapat disimpulkan briket char yang diteliti lebih mudah terbakar namun lebih awet dalam pembakaran.


DAFTAR PUSTAKA
Borman, G.L., Ragland, K.W. 1998. Combustion Engineering, International Editions. WCB/McGraw-Hill, Singapore.
Cheng, Z., Chen, H., Zhang, Y., Hack, P., Pan, W.P., 2007. An Application of Thermal Analysis to Household Waste. Journal of ASTM International Vol, 4 No. 1., Paper ID: JAI100523.
Di Blasi, C. 2008. Modeling Chemical and Physical Processes of Wood and Biomass Pyrolisis. Progress in Energy and Combustion Science 34, pp. 47–99.
Grammelis, P., Basinas, P., Malliopoulou, A., Sakellaropoulos, G. 2009. Pyrolisis Kinetics and Combustion Characteristics of Waste Recovered Fuels. Fuel 88, pp. 195–205.
Ojolo, S.J., Bamgboye, A.I. 2005. Thermochemical conversion of Municipal Solid Waste to Produce Fuel and Reduce Waste. The CIGR Ejournal, Vol. VII, Manuscript EE 05 006.
Phan, A.N., Ryu, C., Sharifi, V.N., Swithenbank, J. 2008. Characterisation of Slow Pyrolisis Products from Segregated Wastes for Energy Production. J.Anal.Appl.Pyrolisis 81, pp. 65–71.
Yang, Y.B., Phan, A.N., Ryu, C., Sharifi, V.N., Swithenbank, J. 2007. Mathematical Modelling of Slow Pyrolisis of Segregated Solid Wastes in a Packed-Bed Pyrolyser. Fuel 86, 169–180.
Swithenbank, J., Sharifi, V.N., Ryu, C. 2005. Waste Pyrolisis and Generation of Storable Fuel, SUWIC Department of Chemical and Process Engineering. The University of Sheffield.
Turn, Stephen R. 1996. An Introduction to Combustion.McGraw-Hill.
Yang, Y.B., Phan, A.N., Ryu, C.,Sharifi, V.,Swithenbank, J. 2007. Mathematical Modelling of Slow Pyrolisis of Segregated Solid Waste in A Packed-Bed Pyroliser, Fuel 86, pp. 169–180.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar