ALOKASI PASOKAN BERDASARKAN PRODUK
UNGGULAN
UNTUK RANTAI PASOK SAYURAN SEGAR
Rika Ampuh Hadiguna
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik
,Universitas Andalas Padang
Marimin
Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor
ABSTRAK
Penerapan
kecerdasan buatan dengan logika fuzzy
bisa menjadi salah satu cara untuk
mengatasi situasi rantai pasok dalam lingkungan ketidakpastian. Perhatian yang
lebih luas untuk pembahasan rantai pasok menggunakan teknik fuzzy masih
sangat dibutuhkan. Studi ini bertujuan menerapkan logika fuzzy dalam penentuan
alokasi pasokan untuk produk unggulan pada rantai pasok agroindustri sayuran.
Model yang terdiri dari tiga sub model. Sub model pertama adalah penentuan
jenis sayuran yang diunggulkan menggunakan kombinasi teknik pareto dan metode
perbandingan eksponensial (MPE). Sub model kedua adalah sistem pakar untuk
menentukan kebutuhan pasokan menggunakan logika fuzzy. Sub
model ketiga
adalah
optimasi alokasi pasokan menggunakan programa linear obyektif majemuk fuzzy. Model
yang dibangun kemudian diterapkan pada sebuah perusahaan agroindustri sayuran
dengan produk unggulan terpilih adalah paprika merah. Analisis terhadap prilaku
model juga dilakukan untuk skenario pesimis dan optimis.
PENDAHULUAN
Perkembangan studi rantai pasok sangat pesat perkembangannya.
Beragam model telah
dikembangkan. Pada umumnya model berdasarkan programa matematis
dengan berbagai teknik
diantaranya Vidal & Goetschalkx (2001) menggunakan programa
non linear, Shervais & Shannon
(2000) dan Gigler et
al. (2002) menggunakan programa dinamis,
LeBlanc et al. (2004) menggunakan programa linear, Wouda et al. (2001),
Gunnarsson et al. (2004), Bredström et
al.
(2004) dan Contesse et
al. (2005) menggunakan programa intejer campuran,
Bogataj et al. (2005)
menggunakan teknik diferensial. Penerapan kecerdasan buatan
menjadi salah satu cara untuk
mengatasi rantai pasok dalam lingkungan ketidakpastian. Salah
satu metode yang cukup dikenal
adalah logika fuzzy. Menururt Petrovic et
al. (1999) penerapan logika fuzzy dalam
manajemen
rantai pasok cukup beralasan karena memiliki kemampuan komputasi
yang diperlukan untuk
menghadapi situasi yang tidak tegas sebagai akibat efek bullwhip. Menurut
Lee et al. (1997) ada
empat penyebab mayor efek bullwhip
yaitu prakiraan permintaan, batching pemesanan,
fluktuasi
harga serta kemampuan pasokan.
Penerapan logika fuzzy
dalam rantai pasok telah dibahas oleh
Petrovic et al. (1999), Carlsson
dan Fuller (2000), Panda & Kar (2005), Rotshtein & Rakityanskaya
(2006) dan Getharamani et
al.
(2006) mengembangkan model persediaan dalam kerangka manajemen
rantai pasok. Perhatian
yang lebih luas untuk pembahasan rantai pasok menggunakan teknik
fuzzy masih sangat
dibutuhkan. Pada rantai pasok sayuran, penentuan jumlah dan
alokasi pasokan dari berbagai
sumber menjadi masalah karena situasi yang sebenarnya tidak
tegas pada jumlah tertentu dan tidak
dapat digambarkan secara persis.
Studi ini bertujuan menerapkan logika fuzzy dalam
pada rantai pasok agroindustri sayuran
dengan memilih jenis produk yang diunggulkan, menerapkan sistem
inferensi fuzzy untuk
menentukan jumlah pasokan dengan mempertimbangkan permintaan dan
persediaan dan
membangun model programa linear fuzzy obyektif
majemuk untuk menentukan kombinasi
pasokan optimal dari setiap pemasok yang dipertimbangkan. Studi
dilakukan pada sebuah
perusahaan agroindustri hortikultura dengan salah satu produknya
adalah sayuran. Alternatif
pemasok didasarkan kebijakan kemitraan yang telah dilakukan oleh
perusahaan selama ini. Rantai
pasok yang dibahas dalam studi ini adalah pemasok dan
pemrosesan. Pendistribusian kesetiap
pelanggan
secara rinci tidak bahas dalam studi ini.
METODE
PENELITIAN
Formulasi Model
Dalam
studi ini perencanaan pasokan dilakukan untuk satu jenis sayuran yang
berkontribusi
paling
besar terhadap penjualan. Berdasarkan hal ini maka dibangun beberapa sub model
sebagai
tahapan
untuk mendapatkan jumlah alokasi pasokan untuk setiap pemasok. Tahapan
pembangunan
model alokasi pasokan terdiri dari pemilihan produk unggulan, perencanaan
kebutuhan pasokan
dan alokasi pasokan kepada setiap pemasok
Model Alokasi Pasokan
Sub model ketiga adalah model untuk menentukan jumlah alokasi
pasokan dari setiap
pemasok. Model yang digunakan adalah programa linear obyektif
majemuk. Fungsi obyektif yang
digunakan adalah biaya pembelian, kualitas dan pengiriman.
Formulasi model dan prosedur
penyelesaian
merujuk pada Kagnicioglu (2006).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pemilihan
Produk Unggulan
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah menentukan jenis
sayuran yang diunggulkan.
Tahap ini menerapkan sub model pemilihan produk unggulan yang
menggunakan teknik pareto
dan metode perbandingan eksponensial. Jumlah jenis sayuran yang
dianalisis sebanyak 54 jenis.
Ragam sayuran yang mampu diproduksi oleh perusahaan sangat
banyak. Namun, tidak seluruh
jenis sayuran mampu diproduksi sendiri. Keterbatasan inilah yang
mendorong perusahaan untuk
membangun kerjasama dalam bentuk mitra tani dan mitra beli.
Kondisi ini sangat dimungkin
karena perusahaan berada di wilayah pertanian sayuran. Hasil
perhitungan persentase kontribusi
penjualan setiap produk selanjutnya dikumulatifkan untuk
mendapatkan kontribusi keseluruhan.
Untuk mendapatkan jenis sayuran yang diunggulkan maka diperlukan
plotting grafik pareto.
Gambar 3 adalah grafik pareto pengelompokan jenis sayuran.
Berdasarkan analisis pareto ini
dapat diklasifikasikan jenis-jenis sayuran menjadi tiga kelompok
yaitu kelompok A, kelompok B
dan kelompok C. Pengelompokkan ini didasarkan pada prinsip pareto
dimana pengelompokan A
untuk rentang sampai dengan 80%, kelompok B adalah 80-90% dan
kelompok C adalah 90-100%
(Smith 1989).
Penentuan Kebutuhan Pasokan
Dasar pemikiran formulasi keputusan yang patut dipertimbangkan
adalah meminimumkan
persediaan dan mengatasi resiko produk yang tidak sesuai
spesifikasi. Disebabkan sumber dari
berbagai pemasok tentunya perlu dilakukan pensortiran untuk
mengurangi resiko sayuran yang
rusak
dibeli oleh perusahaan.
Alokasi Pasokan
Pengalokasian dilakukan menggunakan programa linear obyektif
majemuk. Obyektif yang
digunakan dalam model ini adalah minimisasi biaya pasokan,
minimisasi jumlah sayuran yang
rusak dan maksimisasi ketepatan jadwal pasokan. Data yang
dibutuhkan untuk total biaya pasokan
adalah biaya per ton dari setiap pemasok. Rata-rata persentase
kerusakan sayuran yang dipasok
adalah data yang dibutuhkan untuk obyektif kualitas. Rata-rata
persentase ketepatan jadwal
pasokan
adalah data untuk obyektif jadwal pasokan.
Kesimpulan
Model yang dibangun dapat membantu pengambil keputusan dalam
penentuan kebutuhan
pasokan dan pengalokasiannya kepada setiap pemasok. Penerapan
logika fuzzy sangat membantu
mempermudah permodelan tanpa mengurangi tingkat kompleksitas
dari sistem rantai pasok
sayuran. Hasil penerapan sub model 1 memilih jenis paprika merah
sebagai sayur unggulan.
Apabila diperhatikan ternyata jenis paprika secara umum memiliki
nilai bobot yang tinggi. Pada
tingkat permintaan normal dengan nilai crisp 5.7 ton
dengan status persediaan sedikit dengan nilai
crisp 0.05
ton dibutuhkan pasokan sejumlah 6 ton. Pengalokasian kesetiap pemasok diperoleh
masing-masing: internal (x1) sebesar 3000 kg, mitra beli (x2) sebesar 2345.3 kg, mitra tani (x3)
sebesar 654.7 kg dan nila keanggotaan λ sebesar 0.609. Analisis terhadap prilaku model juga
dilakukan
untuk skenario pesimis dan optimis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar